Keinginan hati untuk melakukan suatu amalan, itulah makna daripada niat.
Niat merupakan perkara yang amat penting dalam Islam. Sampai-sampai
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengabarkan bahwa segala
amal perbuatan itu tergatung pada niat Si Pelaku. Seorang mendapatkan
buah dari amalannya sesuai keadaan niat dalam hatinya. Dalam sebuah
hadist yang masyhur, disampaikan oleh sahabat Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahua’laihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan” (HR Bukhari & Muslim)
Fungsi Niat :
Pertama, Membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya, atau membedakan antara ibadah dengan kebiasaan.
Kedua, Membedakan tujuan seseorang dalam beribadah.
Jadi apakah seorang beribadah karena mengharap wajah Allah ataukah ia
beribadah karena selain Allah, seperti mengharapkan pujian manusia.
Membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lain. Contohnya, shalat
yang dua raka’at itu banyak. Ada shalat yang wajib dan tak sedikit
shalat sunah yang dua raka’at. Kita ambil contoh shalat qabliyah subuh
dengan shalat subuh. Keduanya berjumlah dua raka’at. Tata caranya pun
sama, jumlah ruku’ dan sujudnya juga sama.Sama-sama diawali takbiratul
ihram dan diakhiri dengan salam. Lalu apa yang memedakan antara dua
raka’at qabliyah subuh dengan dua raka’at shalat subuh? Itu lah niat
yang membedakan antara keduanya.
Atau membedakan antara ibadah dengan kebiasaan. Misal, antara mandi
junub dengan mandi biasa. Dari segi tatacara sama; sama-sama
mengguyurkan air keseluruh badan. Sama-sama pakai sabun, dan sama-sama
keramas juga. Lalu apa yang membedakan? Niat yang membedakannya. Jadi
amalan yang pada asalnya hanya kebiasaan bisa bernilai ibadah bila
diniati ibadah.
Kemudian fungsi niat kedua adalah Membedakan tujuan seseorang dalam
beribadah . Pembahasan inilah yang sering kita kenal dengan istilah
ikhlas. Jadi apakah seorang tatkala ia beribadah ikhlas lillahi ta’ala, atau hanya mengharap perhatian manusia?
Dan kita tahu bahwasannya Allah ta’ala tidak akan merima
amalan seorang hamba melainkan yang dilakukan karena ikhlas mengharap
keridhaan-Nya semata. Karena Allah ta’ala Maha Kaya, Dia tidak butuh
persekutuan dalam peribadatan kepadaNya. Dalam sebuah hadits qudsi Allah
ta’ala berfirman,
"Aku sangat tidak butuh sekutu, siapa saja yang beramal menyekutukan
sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan meninggalkan dia dan syirknya.” (HR. Muslim)
Jadi dari fungsi niat yang kedua ini kita dapat menyimpulkan bahwa niat
akan mempengaruhi kadar pahala yang diperoleh seorang hamba. Semakin
murni keikhlasannya, semakin besar pahala yang akan ia dapat. Walau
amalan yang ia lakukan ringan. Dan Semakin kecil kadar keikhlasan
seorang hamba; walau amalan yang ia lakukan adalah amalan yang berpahala
besar, namun bila keikhlasan dalam hatinya kecil, maka semakin kecil
pula pahala yang ia peroleh.
0 Komentar:
Posting Komentar