Kata orang, menunggu adalah aktivitas yang paling membosankan. Sayangnya, menunggu seakan telah menjadi sebuah keharusan dalam hidup kita. Menunggu yang begitu menjemukan terasa begitu dekat dalam kehidupan kita. Bahkan ia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rutinitas kita. Jika kita perhatikan lebih jauh, ternyata siapa pun kita dan apa pun profesi kita, kita selalu dihadapkan pada situasi yang mengharuskan menunggu. Karena menunggu telah menjadi sebuah keharusan yang harus kita jalani, maka sudah selayaknya kita mampu menghadapinya dengan bijak. Ahli hikmah mengatakan,
"Orang bijak adalah orang yang selalu bisa mengambil faedah dari setiap kondisi"
Antre adalah salah satu bentuk aktivitas menunggu yang kerap kali kita jumpai dalam rutinitas kehidupan. Ketika kita mengadakan sebuah transaksi di bank, kita mendapati antrean yang panjang. Ketika kita hendak makan malam di ruang makan asrama, ketika masyarakat di perkampungan hendak mengambil beras raskin, ketika ingin membayar di kasir supermarket, ketika ingin membeli tiket di loket, kaum muslimin yang hendak menunaikan ibadah haji, dan yang lainnya, antre selalu menjadi pilihan tunggal. Inilah fenomena masa kini yang terpampang di hadapan kita.
1. Tidak Boleh Menyerobot Antrean
Maknanya, dalam perkara mubah, orang yang terlebih dahulu
memperolehnya maka dia yang paling berhak terhadap hal tersebut. Yang
dimaksud dengan mubah dalam kaidah di atas adalah sesuatu yang tidak
dimiliki oleh personal tertentu, seperti lahan kosong, dan lain
sebagainya. Termasuk juga sesuatu yang menjadi milik bersama atau
tempat-tempat umum. Maka yang paling berhak memanfaatkan sesuatu yang
mubah tersebut adalah orang yang terlebih dahulu memperolehnya daripada
orang setelahnya, selama ia masih memanfaatkannya.
Kaidah ini dirumuskan berdasarkan beberapa hadis. Di antaranya, hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau bercerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Siapa
yang memanfaatkan lahan yang tidak ada pemiliknya maka dia paling
berhak atasnya.” Lalu Urwah pun berujar, “Umar menerapkan hal ini di
masa pemerintahannya” (HR. Bukhari: 2335)
Dari Said bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Siapa yang menghidupkan lahan yang mati maka lahan itu menjadi miliknya, dan tidak ada hak bagi usaha yang zalim.” (HR. Abu Dawud: 3073)
Termasuk saat mengantre, maka yang didahulukan adalah yang pertama
datang untuk mengantre, lalu yang setelahnya. Tidak berhak bagi seorang
pun menyerobot antre karena tindakan itu adalah perbuatan zalim, merebut
hak orang lain tanpa rida darinya, berdasarkan kaidah di atas.
Bahkan secara tegas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
melarang seseorang menyuruh orang lain pindah dari tempat duduknya
lantas duduk menempatinya, karena itu adalah hak orang lain tersebut,
bukan haknya. Begitu juga dalam masalah antre. Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalllam, beliau bersabda :
“Tidak boleh bagi seseorang menyuruh orang lain berdiri atau pindah dari tempat duduknya lalu ia duduk di tempatnya” (Muttafaqun ‘alaih)
2. Bijak Dalam Berantre
a) Hendaklah antre dianggap sebagai ajang untuk melatih kesabaran dan
pengendalian diri. Manusia senantiasa dihadapkan pada salah satu di
antara dua kondisi: susah dan senang atau sedih dan gembira. Seorang
muslim menghadapi kedua keadaan ini dengan bijak sesuai tuntunan yang
telah digariskan syariat. Kesenangan dihadapi dengan bersyukur dan
kesusahan disikapi dengan kesabaran. Dalam kedua situasi ini, ia selalu
mampu mengendalikan diri dan mengikat hati serta badannya dengan
tuntunan yang telah Allah gariskan kepadanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan kondisi ini dalam sabdanya,
“Sungguh menakjubkan urusan seorang muslim karena semua urusannya
baik baginya dan tidaklah hal itu terjadi kecuali pada diri orang
mukmin. Apabila ia mendapatkan sebuah kesenangan ia bersyukur dan itu
baik baginya. Apabila ia ditimpa kesusahan maka ia bersabar dan
kesabaran itu baik pula baginya.” (HR. Muslim).
b) Manfaatkan waktu menunggu giliran Anda untuk memperbanyak tabungan
akhirat. Pergunakanlah waktu menunggu itu untuk berzikir, membaca Al
Qur’an, membaca buku-buku yang bermanfaat, berdialog dengan sesama
pengantre tentang masalah-masalah agama yang penting dan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat lainnya. Setiap muslim harus menyadari bahwa waktu luang yang ia punya di
dunia ini merupakan nikmat Allah sekaligus amanah yang dibebankan
kepadanya. Pada hari kiamat kelak, Allah akan meminta pertanggungjawaban
kepadanya atas apa yang Dia berikan kepada mereka. Maka, setiap muslim
hendaknya mempergunakan waktu yang ia punya dalam rangka bertakarub
mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Perbuatan
menyia-nyiakan waktu adalah sebuah kerugian yang besar bagi seorang
muslim yang mengharap perjumpaan dengan Allah dalam keadaan bahagia dan
sentosa. Karena ia tidak pernah tahu kapan malaikat maut akan datang
menjemput dan juga karena waktu yang telah pergi tak akan pernah
kembali. Sayangnya, banyak kaum muslimin terjebak dalam angan-angan dan
mimpi-mimpi kosong sehingga waktunya banyak terbuang untuk hal-hal yang
tidak bermanfaat.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Ada dua nikmat yang kerap kali dilalaikan oleh banyak manusia: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
c) Patuhilah aturan yang berlaku dan tertiblah saat menunggu giliran.
Ketika mengantre, hendaklah Anda menyadari bahwa Anda memiliki hak dan
hak Anda adalah nomor antrean Anda. Demikian pula para pengantre di
depan Anda, mereka memiliki hak yang tertera dalam nomor antrean mereka.
Jika ini kita sadari, maka tidak selayaknya bagi seorang yang beriman
kepada keadilan dan ke-Mahabijaksanaan Allah untuk merampas hak orang
lain. Kita diperintahkan untuk selalu berbuat adil kepada sesama. Tidak
halal bagi seorang muslim mengambil hak orang lain tanpa seizinnya.
Jika Anda terjepit sebuah kebutuhan yang mengharuskan Anda mendahului
para pengantre di depan Anda, maka mintalah izin kepadanya. Jika ia
mengizinkan, maka silakan Anda mendahuluinya. Jika tidak, maka
bersabarlah dan itulah yang terbaik untuk Anda. Jika rambu-rambu ini
Anda langgar, maka kekacauanlah yang akan terjadi dan Andalah pemicu
kekacauan itu.
0 Komentar:
Posting Komentar